Kau tahu,
ada sebuah penyesalan yang akan ku sesali seumur hidup..,
Aku tlah memberikan ruang untuk sebuah
lembaga di universitas ku. Ruang untuk
mengabdi. Lembaga itu alasan kaki ku ingin selalu melangkah kepadanya, lembaga
itu tempat aku belajar tentang rasa hormat, peduli, tanggung jawab, persaudaraan,
keluarga, dan pengabdian. Ku temukan tempat yang mengisi hari – hari ku lebih
bermakna dan lebih hidup dari semester – semester sebelumnya.
Aku terlalu apatis, paranoid untuk mengemban
amanah menjadi seorang pengurus. Hal – hal yang membuat ku takut tak lain
karena aku sekarang sudah di semester akhir (yang normalnya sudah harus fokus
ke skripsi dan penelitian), ditambah lagi tuntutan orang tua yang tiap kali
menelpon selalu mengingatkan ku untuk menyelesaikan studi se-segera mungkin.
Apa yang kusesalkan?
Ah, entah mulai dari bagian mana untuk
mengungkapkan rasa yang abstrak itu, terkadang aku tak mampu menerjemahkan
perasaan yang ku rasa. Hingga kutemukan sendiri jawaban dari hari – hari yang tlah
berlalu. Sampai saat ini, aku resah karena tak mampu berbuat apa – apa, yang
tersisa hanyalah penyesalan. Mungkin normalnya, aku bisa dibilang terlambat
bergabung di lembaga itu. Aku bergabung
di tahun ke-tiga kuliah ku. Alangkah bahagianya teman – teman ku yang bergabung
di tahun ke-duanya, alangkah banyaknya kesempatan yang bisa diperolehnya untuk
belajar dari lembaga itu. Sementara Aku? Merasa dibatasi oleh waktu. Mungkin rasa
takut ini sempat tertangkap saat wawancara untuk menjadi pengurus di periode
sebelumnya, ia..aku tidak memaksimalkan tekadku. Alhasil, aku memang ditolak
untuk menjadi pengurus di periode itu.
Sekarang tahun keempatku. Bisa dibilang
kesempatan terbuka lebar untuk ku bergabung di kepengurusan. Namun apa yang ku
lakukan? Bukan memberanikan diri dan membulatkan tekad, malah semakin menjauh
dan tambah apatis!. Langkah ku terhenti ketika dua orang teman dekat ku memutuskan
untuk tidak lagi jadi pengurus – Seorang teman yang masih tahun ketiga dan
seorang lagi seangkatan denganku, namun tidak seangkatan di lembaga itu–Aku takut,
karena aku merasa tidak punya teman untuk melangkah dan berjuang bersama. Alasan
itu yang lebih kuat dibanding alasan karena semester akhir dan tuntutan orang
tua. Aku tlah belajar dari Mitch Albom tentang “It’s never too late or too soon, it is when it’s supposed to be”. Aku
yakin siapa pun yang telah membaca buku itu akan bersikap open-minded dan tak akan menyerah meski tlah di akhir perjuangannya.
Namun ku akui, Aku Apatis!..,“Aku butuh
teman untuk melangkah”, itu yang menggagalkan langkahku untuk ruang
pengabdian yang (mungkin) tidak akan terisi penuh karena belum ku kecap
dinamika di kepengurusan. Aku butuh teman karena rasa paranoid semakin
menggunung untuk tidak diterima di atmosfir lembaga ku. Atmosfir kekeluargaan yang
sepertinya terselubung tebal dan tak mampu ku tembus untuk menjadi bagian dari ‘mereka’.
Aku apatis karena menghindari ‘atmosfir’ itu.
Ia,. Aku apatis dan paranoid. Mungkin yang
kupikirkan tak akan seburuk yang kubayangkan, mungkin jika aku (memberanikan
diri) melangkah ke atmosfir kepengurusan akan ku temukan hal – hal luar biasa
yang bertolak belakang dari apa yang kubayangkan. Tentu saja, karena lembaga ku
penuh dengan cinta kasih.
Hufft,. Tinggallah aku di sini, dengan sebuah
resah dan penyesalan yang masih tersisa. Aku Virninda, Anggota aktif. Bila kau
tanya apa yang tersisa dari pengalaman ku di lembaga itu, selama 2 periode
menjadi anggota,.jawabnya “La ya mutu wa
La Yahya”. Aktif! seperti tidak hidup, namun juga tidak mati.
*sekian..,Aku berharap bisa memperbaiki
kesalahan dari penyesalanku di tahun terakhirku. Aku berusaha untuk
mempersembahkan yang terbaik ^__~
Dari ruang hati yang terdalam.
(30/11/2014)
Dari ruang hati yang terdalam.
(30/11/2014)
0 komentar:
Posting Komentar