Sesi praktikum selesai..eitz, bukan berarti ekspedisi juga selesai, masih
banyak persimpangan yang mengundang penasaran. Karena hari semakin petang,
untuk hari kedua ini, dicukupkan saja sampai jalan – jalan sore. “Sebentar
malam bagusnya bikin apa, ya?” tanya kak Tenri padaku. Saya sama sekali tidak
ada ide, saya hanya ingin lekas tidur, pikirku dalam hati. Saat itu, saya
kemudian mengerti satu hal pada pribadi teman bolangku ini, “bukan kak Tenri
namanya kalau hanya diam atau membuang waktu untuk hal – hal yang tidak
bermanfaat, there should always be
something good to do”. Belum sempat saya merespon pertanyaannya, ia
kemudian melanjutkan perkataannya, “aha.. bikin bakwan saja, di sini kan
melimpah bahan – bahannya”. Brilliant..walau
sore itu hujan dan baru saja kami–Saya, Yana, Debi dan Anti–berlari dari
‘kejaran hujan’ tanpa pikir panjang, kami menyetujui dan
menerobos hujan dengan ‘perisai hujan’. Bahan – bahan untuk membuat bakwan akhirnya
didapatkan dengan beberapa langkah kecil saja dari homestay, ada kol, wortel, tomat, daun bawang dan bawangnya. Ini
rekomendasi yang pas bagi pelancong yang berkunjung ke Lembanna, dijamin rugi
deh..kalau nda sempat mengecap sayur
mayur di sini.hihih..
Setelah semua bahannya lengkap, segera ku ajak teman – teman yang lain turun tangan membuat bakwan, mereka menyambut ajakanku dengan senang hati. Kebersamaan yang ku nanti mulai memutus sebagian simpul tali kerenggangan. Tawa ku malam itu tidak lagi triosentrik (kepada debi, yana dan kak Tenri). Mereka, teman – temanku..mulai berbagi canda dan tawa kepada kami. Lalu, akhirnya saya bisa menulis di sini, sebuah kenangan manis tentang malam gembira bersama teman – temanku. Di depan perapian penggorengan bakwan kami mencipta kebersamaan dan kehangatan yang tidak biasa tercipta di hari – hari lain. Terimakasih teman, ku harap kebersamaan ini tidak cepat berlalu. Belum selesai kami menggoreng bakwan, sudah ada panggilan dari kakak asisten untuk berkumpul di ruang utama. Pikirku, akan ada evaluasi atau kegiatan lanjutan dari praktikum. Ternyata, schedule-nya malam gembira. Sejumlah games antarkelas dimainkan, tawa pun terpecah membelah heningnya malam Lembanna. Sungguh mengesankan, baru kali ini ku rasakan praktikum yang benar – benar relax tanpa tendensi jadwal dan tugas padat untuk segera menyelesaikan praktikum. Terimakasih yang tak hingga ku haturkan kepada dosen penanggung jawab Ekologi Tumbuhan, Ayahanda Wiharto. What an incredible experience, sir!
Setelah semua bahannya lengkap, segera ku ajak teman – teman yang lain turun tangan membuat bakwan, mereka menyambut ajakanku dengan senang hati. Kebersamaan yang ku nanti mulai memutus sebagian simpul tali kerenggangan. Tawa ku malam itu tidak lagi triosentrik (kepada debi, yana dan kak Tenri). Mereka, teman – temanku..mulai berbagi canda dan tawa kepada kami. Lalu, akhirnya saya bisa menulis di sini, sebuah kenangan manis tentang malam gembira bersama teman – temanku. Di depan perapian penggorengan bakwan kami mencipta kebersamaan dan kehangatan yang tidak biasa tercipta di hari – hari lain. Terimakasih teman, ku harap kebersamaan ini tidak cepat berlalu. Belum selesai kami menggoreng bakwan, sudah ada panggilan dari kakak asisten untuk berkumpul di ruang utama. Pikirku, akan ada evaluasi atau kegiatan lanjutan dari praktikum. Ternyata, schedule-nya malam gembira. Sejumlah games antarkelas dimainkan, tawa pun terpecah membelah heningnya malam Lembanna. Sungguh mengesankan, baru kali ini ku rasakan praktikum yang benar – benar relax tanpa tendensi jadwal dan tugas padat untuk segera menyelesaikan praktikum. Terimakasih yang tak hingga ku haturkan kepada dosen penanggung jawab Ekologi Tumbuhan, Ayahanda Wiharto. What an incredible experience, sir!
Di saat kita mulai terbiasa di tempat yang baru, saat itu pula kita tak
ingin beranjak dari tempat itu. Begitu pula yang ku rasa di sini. Ya, saya
mulai terbiasa dengan dingin, embun, malam dan pagi Lembanna. Seperti ingin
menghabiskan waktu lebih lama di tempat ini. Namun nyatanya, hari ini hari
terakhir di Lembanna. Baiklah, saya tak ingin terpuruk atas keinginan yang
menentang kenyataan, hari terakhir ini harus maksimal. Akan kujejakkan kakiku
untuk persimpangan yang masih membuatku penasaran. Tujuan pertamaku adalah air
terjun. Ternyata sudah banyak teman – teman yang mendahuluiku. Rombangan
pertama telah berangkat pagi – pagi sekali. Teman bolangku, Kak Tenri juga ada
di rombangan itu. Saya, Debi, Yana dan teman – teman yang lain (rombongan ke-2)
menyusul rombongan pertama menuju air terjun. Awalnya, kedua sahabatku merasa
ragu karena mereka diberitahu bahwa air terjun berada di atas pos 1. “Kalau
harus mendaki lagi, saya pulang” tutur Yana padaku. “Kita harus memastikan
dimana air terjunnya, saya tidak yakin akan sejauh itu”. Begitulah yang
kukatakan pada Yana dan teman – temanku yang lain untuk meyakinkan agar hari
ini kita bisa menyusul rombongan pertama dan menikmati riak air terjun. Malu
bertanya, sesat di jalan. Karena saya tak ingin tersesat, maka saya bertanya.
Saya bertanya kepada salah seorang warga yang sedang menebang pohon. “Kalau mau
ke air terjun, lewat mana ya, pak?”. “Dari sini, belok kiri dan lurus sampai
dapat air terjun”. aha,, menarik. Persimpangan itu telah kulirik sejak awal. Kami
menelusuri persimpangan yang mengantar kami menuju air terjun. Tada,,, This is it.. Water fall.
In front of water fall-Kak Tenri-Yana-Debby-Ninda |
Kak Tenri sudah tiba duluan di tempat ini. Hihihi. Senang sekali, bisa
bersama – sama di sini. Riak air terjun sungguh menenangkan hati, menyentuh hingga ke sanubari.
Kami berdiri lebih dekat menikmati percikan air terjun. Finally, Mission complete. Kami kembali membawa kepuasan rasa
bernama ketenangan. Akankah kutemukan lagi ketenangan di persimpangan yang lain?.
Pukul 08.30
WITA. Waktu kami tersisa satu setengah jam lagi. Pukul sepuluh nanti mobil akan
tiba di sini. Kak Tenri membisikkan sesuatu padaku, “Nin.. masih ada satu
persimpangan yang membuatku penasaran.” “Dimana itu kak?,” jawabku makin
penasaran. “Ada persimpangan lagi saat kita menemukan ilalang,” tambah kak
Tenri. Baiklah jangan biarkan rasa penasaran ini membayangi sampai ke Makassar.
Walau saat itu hujan, kami tetap berangkat. Jas hujan, kamera, Hp, itulah benda
yang menjadi bekal ekspedisi terakhir ini. Sebelum berangkat seorang temanku
bertanya pada kak Tenri, “mau kemana kak?”. “Mencari ketenangan”. “Suatu tempat
yang belum pernah terjamah”, tambahku. Entah mengapa, 2 hal inilah yang ter-mindset di pikiran kami. Inilah awal
persimpangan itu:
Initial Intersection |
Dengan berjalan lurus, kami menemukan persimpangan lagi..ini dia:
Mistify Intersection |
Kami memilih tikungan ke kiri lalu melanjutkan perjalanan menapaki jalan
setapak. Hihihi.. Betul – betul nekad, lihatlah betapa kami menepis hujan, dingin dan
tamparan angin kencang yang sesekali membuat jantungku berdebar.
Feels Like wanna Fly-Kak Tenri |
I'm scare with this strong blowing wind -Ninda |
Kami masih saja berjalan. Entah apa yang membuat kami senekad ini bahkan
tak pernah terpikir untuk berbalik sebelum kami menemukan ujung dari
persimpangan yang telah kami lalui. Bagi kami, ujung persimpangan bagaikan
misteri dari sebuah rasa penasaran. Tak jarang kami mengeluarkan ‘pertanyaan
misteri’ seperti “Apa yah di ujung jalan ini?” atau “akankah kita menemukan
sesuatu yang indah?”. Rasanya ‘pertanyaan misteri’ itu menjadi stimulus anti
henti. It works..Kami berhenti,
yupp..langkah kami baru saja terhenti. Coba tebak, kami telah sampai di ujung
persimpangan. Kami berhenti sejenak dan berpikir. Tantangan baru muncul dan
menggantung 5cm di depan mata, lihatlah di ujung persimpangan ini kami
dihadapkan hal - hal misterius lagi. Ada
Pagar silang yang berjejer dan sebuah bukit terlihat di belakang jejeran pagar
itu. Kak Tenri memeriksa jam Hpnya. Ternyata sudah setengah sepuluh. Kami ingin
ke bukit itu, rasanya seperti selangkah lagi untuk sampai ke sana. Lalu kami membuat kesepakatan dengan
mengaktifkan alarm jam 10. “Bila alarm berbunyi
dan kita belum sampai di bukit itu, berarti kita harus bergegas kembali.
Melangkah ke bukit itu berarti kita berani mengambil resiko apa pun termasuk
ketinggalan bus”.
A mysterious hill |
Bismillah.. kami mulai melangkah. Sepertinya tempat ini sangat jarang
terjamah. Rumputnya sangat tinggi dan tidak ada bekas jejak menuju bukit itu.
Saya mulai bernapas lega saat berada di
antara pagar silang sementara alarm belum
berbunyi. Dari pagar silang, saya bisa
mengetahui kalau tempat ini adalah kebun yang tidak lagi difungsikan, saya
sulit mengidentifikasi kebun apa karena tidak ada lagi tanaman yang tumbuh di
dalam pagar silang. Satu hal yang pasti..dari sini, bukit misterius semakin
dekat dan kami juga melangkah dengan pasti, akhirnya kami sampai di kaki bukit.
Aman,, alarm belum berbunyi.. sekitar 50
kaki dari kaki bukit, kami sampai di puncak bukit. Bukit ini hanya ditumbuhi
spesies Pteridophyta (paku – pakuan).
Kak Tenri memberinya nama ‘Bukit Paku’. Lalu, Tiba – tiba saja kabut putih
mengelilingi bukit. Kami seakan terperangkap, tak tahu harus kemana. Kini, seperti
berada dekat dengan awan dan kunamakan ‘Bukit Awan’.
Watch the video documentation of 'Bukit Paku' in this link: http://www.youtube.com/watch?v=Hod_8T_Dccw
Watch the video documentation of 'Bukit Paku' in this link: http://www.youtube.com/watch?v=Hod_8T_Dccw
Unbelieveable! Like I reach the cloud-Ninda |
There's nothing! Only Green and White-Kak tenri |
Anehnya, kabut hanya menyelubungi bagian pinggir bukit dan bagian tengahnya
sama sekali jernih tak berkabut, sehingga selubung kabut mengikuti bentuk bukit
yang menyerupai setengah lingkar bola. Kami berada di tengah menyaksikan fenomena
ini. Entah ini disebut langka atau kami saja yang baru menyaksikannya,
entahlah. Saya bersyukur karena dapat menikmatinya. Sempat terlintas rasa takut
karena kabutnya semakin tebal, sementara itu, kami harus kembali ke home stay karena 15 menit lagi jam 10.
Tanpa ragu, kami menerobos kabut tebal. Kami dengan mudah menemukan jalan
pulang karena satu – satunya jejak yang berbekas adalah langkah kami sebelumnya
saat menuju bukit itu dan kami juga menghapal jalan yang telah kami lewati
sebelumnya. Alhamdulillah. Jam 10.20 WITA, kami tiba di home stay. Mobil pun sudah tiba tapi beruntung rombongan belum
berangkat karena masih menunggu mobil angkutan yang lain. Sungguh berkesan menit
– menit terakhir yang sangat berharga. Ekspedisi yang kurang dari 120 menit,
membuahkan pengalaman yang indah dan kami temukan lagi satu tempat yang memberi
ketenangan –Bukit Awan-Paku– begitu kami menamainya.
#The End.
what a great experience!! thank for belong with me..
BalasHapusa very nice writing, i feel like i'm doing it again and again while i read this..
So am I. You're welcome, kak. I'm grateful for this nice experience. By writing it, then I felt success to make it everlasting memories :D.
BalasHapusI wish we could do another expedition somewhere. Just wait someday..^__^
amiin!! ^_^
BalasHapus