Bukan,
Bukan nyamuk yang ingin meminta sedekah
sekadar setetes darah
Tapi seulas senyuman saat kita merasa ingin
meratap
Dan tawa saat terasa sakit di dada
Dalam gelap ada yang datang menyelinap tiba – tiba
Lalu bertanya dengan jujur pada tiap sudut –
sudut di dada
Adakah ikhlas segala sujud yang ambruk ke
tanah?
Ataukah ia hanya sekadar pembuktian untuk
segala pinta
Yang selalu mengalir lewat lisan
Sementara hati terlalu sibuk untuk tafakur
sejenak pada pagi dan senja
Hidup terus bergulir di antara langit, bumi,
dan pena
Kadang menyusup pula diam – diam lintingan
harta
Yang buat kita mengantongi jiwa,
Atau sekedar menenteng hari akhir
Untuk kemudian bisa kita lepaskan kapan saja
Sementara di dada ini telah melekat lencana
nomor urut antrean
Menuju rumah terakhir
Lihat!
Di sana tertulis angka tujuh
Namun saat angka enam telah tiba masanya,
Ternyata kita masih saja sibuk menghitung dan
tertawa – tawa
Kemudian lupa pada masa saat tangan dan kaki
berkata
#ArRifa’ah (2012).
0 komentar:
Posting Komentar